GRIT dan Potensi Karyawan

GRIT

Apakah seseorang yang memiliki talenta berlimpah pasti akan menunjukkan performa yang baik dalam bidang pekerjaannya? Menurut Angela Duckworth, seorang professor psikologi terkemuka, “belum tentu”. Mungkin saja seseorang dengan bakat yang melimpah, tidak menunjukkan performa yang memuaskan. Di satu sisi, seorang yang dinilai “biasa saja” pun mungkin dapat menunjukkan performa yang maksimal. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Performa pekerjaan individu dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Salah satu faktor tersebut merupakan tingkat grit individu. Grit didefinisikan sebagai dorongan dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan (goal) jangka panjang, dengan penuh gairah (passion) dan kegigihan (perseverance) (Southwick, Tsay, Duckworth, 2019). Individu yang tidak memiliki grit kemungkinan besar akan gagal untuk mencapai goal secara maksimal, terlepas dari bakat atau talentanya.

Bagaimana cara seseorang mendapatkan grit? Ternyata, tingkat grit seseorang bisa dipengaruhi oleh gambaran aspek kepribadian tertentu individu tersebut. Seseorang yang memiliki gambaran kepribadian dengan tingkat aspek conscientiousness yang tinggi, ditemukan mempunyai tingkat grit yang tinggi pula (Crede & Harms, 2016). Telah ditemukan juga bahwa individu yang memiliki tingkat conscientiousness tinggi pun unggul dalam kompetensi-kompetensi kerja tertentu. Kompetensi kerja tersebut lah yang dapat secara langsung memengaruhi performa kerja seseorang.

Bagaimana tingkat grit individu pada akhirnya bisa berperan dalam performa individu, terutama dalam bidang pekerjaan? Apakah tingkat grit karyawan bisa dikembangkan? Apa saja kompetensi kerja yang dipengaruhi oleh grit? Untuk penjelasan lebih lanjut, berikut kami paparkan artikel mengenai “Grit & Potensi Karyawan”.