“Agile Leaders Create Agile Organization”: Agility atau Ketangkasan Menjadi Kunci Organisasi di Masa Depan

Sampai sekarang, organisasi masih menghadapi kondisi bisnis yang cenderung berubah-ubah. Dari skala global, sebanyak 49 persen CEO percaya bahwa perkembangan teknologi yang pesat, tuntutan sustainability yang berkelanjutan, dan ketegangan geopolitik akan semakin meningkat di tahun 2025 ini (EY, 2025). Sedangkan dari skala nasional, transisi pemerintahan yang terjadi di tahun ini juga diperkirakan akan turut memengaruhi kondisi investasi dan ekonomi negara (Kompas, 2024).

Dengan adanya faktor global maupun nasional yang turut meningkatkan ketidakpastian, organisasi pun semakin dituntut untuk mengambil keputusan-keputusan yang tepat. Hal ini menjadi penting karena semua keputusan yang dibuat akan berpengaruh pada keberlangsungannya. Maka dari itu, organisasi harus turut menjadi tangkas atau “agile” untuk bisa bertahan dan berkembang.

Organisasi yang “agile” tentunya memerlukan keberadaan agile people dan bahkan agile leaders di dalamnya. Dengan ini, organisasi harus tepat dalam memilih Sumber Daya Manusia (SDM) yang juga tangkas. Ketangkasan atau agility adalah kemampuan untuk memahami keadaan dengan cepat dan beradaptasi atau menyesuaikan diri secara efektif di dalamnya. Semakin tinggi agility seseorang, maka semakin mudah bagi dirinya untuk mengatasi kondisi yang dinamis di pekerjaan dan dalam organisasi. Begitu pula dengan leadership agility, yang memungkinkan seseorang untuk mengarahkan organisasi secara cepat dan fleksibel dalam kondisi tidak menentu (Haider et al., 2021).

Adapun hal yang mendasari agility seseorang adalah kompetensi, yang dapat dilihat dari dinamika karakter individu. Firstasia Consultants (2024) menuangkannya dalam tools premium STAGE by Big Five yang memang dirancang untuk melihat aspek kepribadian individu untuk tujuan pengembangan. Riset yang dilakukan terhadap total 9.637 kandidat di 38 lini bisnis berbeda menemukan bahwa ada 14 kompetensi yang berkontribusi pada tingkat ketangkasan atau agility index seseorang, diantaranya adalah Action Orientation, Comfort with Ambiguity, Ambition, Flexibility, Visionary, Innovation, Objectivity, Organization, Performance Focus, Political Savvy, Quality Orientation, Range of Perspective & Interests, Risk Taking, dan Managing Through System. Seluruh kompetensi yang sama juga ditemukan mendasari kemampuan leadership agility seseorang.

Hal lain yang juga ditemukan dari riset adalah bahwa tidak semua lini bisnis memiliki tingkat agility yang sama. Terdapat 16 dari total 38 lini bisnis yang memiliki perbedaan skor agility yang signifikan (Firstasia Consultants, 2024), yaitu Consumer Goods, Pendidikan, Farmasi/Kesehatan/Kosmetik, Telekomunikasi, Asuransi, Agribisnis/Kehutanan/Perkebunan, Keuangan/Perbankan/Sekuritas, Konstruksi/Kontraktor, Logistik/Transportasi/Ekspedisi, Properti, Ritel/Retail, Layanan Jasa/Konsultan, Pabrik/Manufaktur/Produsen, Pertambangan/Oil & Gas/Energi, Makanan/Minuman, dan Teknologi Informasi (IT). Riset global LAP Alliance dan World Commerce & Contracting (2024) juga menemukan bahwa agility menjadi salah satu dari tiga strategi pengembangan yang diprioritaskan pada 16 lini bisnis yang sama. Adapun lini bisnis lain yang juga memprioritaskan agility mencakup Otomotif, Perhotelan/Hiburan, Media & Publishing, Non-profit & Charity, dan Perangkat Keras Teknologi.

Jika dilihat secara lebih spesifik dari segi fungsi atau divisi dalam organisasi, hasil riset Medium (2024) menemukan bahwa agility menghasilkan dampak baik saat diterapkan dalam fungsi procurement, HR, dan manufaktur. Seiring penerapannya, ketiga divisi ini mengalami peningkatkan pada efisiensi, adaptabilitas, dan hasil pelanggan atau customer outcomes. Hal ini menunjukkan bahwa agility tidak hanya menjadi prioritas bagi fungsi Teknologi Informasi (IT) saja, melainkan harus diterapkan secara merata pada fungsi dan divisi lain dalam organisasi untuk bisa mendorong performa secara keseluruhan.

Organisasi yang melakukan asesmen terhadap individu di dalamnya adalah organisasi yang peduli dengan pengembangan untuk masa depan. Maka dari itu, pemetaan potensi serta profil karakter perlu dilakukan, termasuk dari segi agility. Hal ini menjadi penting terutama bagi organisasi dengan lini bisnis yang terbukti memiliki tuntutan agility yang tinggi. Dengan mengetahui agility index dari tiap individu, maka organisasi dapat lebih mengambil peluang-peluang yang ada dalam kondisi bisnis dan ekonomi dunia yang fluktuatif.

Siapkah Anda melihat ketangkasan organisasi Anda dan meningkatkannya?


 

REFERENSI:

EY. (2025). CEOs undeterred by uncertain business landscape as confidence in growth outlook rises for 2025. https://www.ey.com/en_gl/newsroom/2025/01/ceos-undeterred-by-uncertain-business-landscape-as-confidence-in-growth-outlook-rises-for-2025

Haider, S.A., Martins, J.M., Khan, S., Mata, M.N., Tehseen, S., & Abreu, A. (2021). A literature review on agility- is there a need to develop a new instrument? International Journal of Entrepreneurship, 5(3), 1-14. https://www.researchgate.net/publication/351088723_A_Literature_Review_on_Agility-_is_There_a_Need_to_Develop_a_New_Instrument

Kompas. (2024). Lots of uncertainty, 2025 investment target only increases slightly. Economic Projections. https://www.kompas.id/baca/english/2024/03/03/en-target-investasi-2025-cuma-naik-tipis-pemerintah-tidak-ambisius

LAP Alliance, World Commerce & Contracting.. (2024). Global annual report: State of agility in procurement & supply. https://www.worldcc.com/Portals/IACCM/Reports/State-of-Agility-Procurement-Supply-2024.pdf

Medium. (2024). /Business agility isn’t just for IT: A whole-organisation approach. Agile-Leads. https://medium.com/@rhudso_agile-leadsUAE/business-agility-isnt-just-for-it-a-whole-organisation-approach-agile-leads-dbe74270e79f