Memaknai Hasil Tes Psikologi dengan Kacamata Growth Mindset

Saat ini, beragam jenis tes psikologi seperti tes intelegensi dan tes kepribadian semakin lazim digunakan oleh organisasi dalam berbagai konteks. Mulai dari proses rekrutmen karyawan baru hingga untuk tujuan pengembangan SDM, psikotes dan asesmen sudah menjadi hal krusial yang harus dilakukan. Tidak hanya organisasi, orang awam pun kini semakin mudah mengakses beragam jenis tes psikologi secara mandiri melalui berbagai platform daring. Namun terlepas hal ini, tidak sedikit organisasi maupun orang yang memaknai hasil tes psikologi secara “kaku”.

Terlalu berpaku pada skor yang tertera pada hasil tes-tes psikologi akan membuat pandangan kita tertutup. Sebagaimana disorot oleh Wakil Menteri Pendidikan, Sains, dan Teknologi yang menyatakan bahwa fokus yang berlebihan pada skor IQ malah dapat membuat kita rentan terjebak ke dalam pola pikir tetap atau fixed mindset (Widjaja & Kasih, 2025). Individu yang memaknai hasil tes psikologi dengan fixed mindset akan cenderung percaya bahwa kecerdasan dan kemampuan manusia bersifat menetap dan tidak dapat diubah (Dweck, 2006).

Contoh pemaknaan hasil tes psikologi dengan fixed mindset adalah individu yang langsung menyimpulkan ketidakmampuannya untuk terampil berbicara di depan umum, hanya karena ia memperoleh hasil tes kepribadiannya sebagai seorang introvert. Akhirnya, ia pun menghindari peran-peran yang menuntut dirinya untuk tampil di hadapan publik. Dalam jangka panjang, pola ini akan dapat menciptakan siklus berulang dimana keyakinan negatif individu tentang dirinya terus menguat, dan membuatnya semakin enggan untuk mencoba ataupun berlatih guna mengembangkan diri (Beck, 2011; Kennerley, et al., 2011).

Untuk bisa memaknai potensi individu dengan lebih mendalam dari hasil tes psikologi, diperlukannya pola pikir yang terbuka dan bertumbuh alias growth mindset. Pola pikir ini akan mendorong kita untuk “melihat lebih jauh” dari sekedar skor, yaitu bagaimana hal yang telah diukur tetap dapat dikembangkan melalui pelatihan dan usaha yang konsisten. Dengan ini, kita pun akan lebih tertantang dan mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kita.

Tidak hanya pemaknaan hasil tes psikologi oleh orang awam saja, namun organisasi juga perlu bijak dalam melakukannya. Ketika hasil tes psikologi tidak dipahami secara menyeluruh, organisasi berisiko memberikan label pada individu tertentu dan malah terjebak dalam siklus berulang yang membatasi ruang berkembang kandidat atau karyawan. Dalam jangka panjang, hal ini dapat berkontribusi pada fenomena talent hoarding, yaitu situasi saat organisasi enggan memberi kesempatan rotasi, promosi, atau pengembangan kepada karyawan karena terlalu terpaku pada label hasil tes dan zona nyaman performa mereka saat ini (Haegele, 2022).

Tes psikologi memang merupakan sebuah “tool”  yang dapat sangat bermanfaat untuk lebih mengenal diri sendiri maupun untuk mengukur kemampuan kandidat atau karyawan bagi organisasi. Namun, pemaknaannya juga harus dilakukan dengan pemahaman mendalam dan pola pikir yang tepat untuk benar-benar bisa melihat potensi yang dimiliki. Melalui kacamata growth mindset, hasil tes akan menjadi suatu kompas yang dapat digunakan untuk menavigasi perjalanan pengembangan individu, bukan sebagai “vonis” terhadap keterbatasan kemampuan yang dimiliki.

Penting untuk diingat bahwa hasil tes psikologi juga sebaiknya disampaikan oleh profesional agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Oleh karena itu, peran para ahli menjadi sangat penting dalam proses menjelaskan hasil tes maupun asesmen psikologi untuk menghindari penyalahartian. Untuk itu, Firstasia Consultants turut menyediakan layanan sesi umpan balik (feedback) bersama asesor guna mendiskusikan hasil secara lebih mendalam dan menyusun strategi pengembangan yang tepat bagi individu.

Are you ready to see beyond the scores with us, #FirstasiaFriends?

Contact us for more!


REFERENSI:

Beck, J.S. (2011). Cognitive behavior therapy: Basics and beyond (2nd ed.). The Guilford Press.

Dweck, C.S. (2006). Mindset: The new psychology of success. Random house.

Haegele, I. (2022). Talent hoarding in organizations. arXiv e-prints. doi: 10.48550/arXiv.2206.15098

Kennerley, H., Kirk, J., & Westbrook, D. (2011). An introduction to cognitive behaviour therapy (2nd ed.). SAGE Publications.

Widjaja, Y.G.N., Kasih, A.P. (2025, February 27). IQ orang Indonesia rata-rata 78,49, Wamen Stella: Jangan percaya. Kompas. https://www.kompas.com/edu/read/2025/02/27/083017571/iq-orang-indonesia-rata-rata-7849-wamen-stella-jangan-percaya