Pengukuran kapasitas intelektual atau yang biasa dikenal dengan IQ (intelligence quotient) merupakan salah satu pengukuran aspek psikologis yang sudah umum dijadikan acuan dalam proses rekrutmen maupun promosi karyawan. Hasil analisis data dari Firstasia Consultants di tahun 2021 menunjukkan bahwa skor IQ memiliki korelasi yang positif dan signifikan dengan beberapa dimensi dan faset kepribadian dalam Five Factor Model, salah satunya Openness. Dimensi Openness merujuk pada keterbukaan individu terhadap hal-hal baru.
Individu yang memiliki skor IQ tinggi juga cenderung inovatif, memiliki keinginan belajar yang tinggi, dan terbuka untuk mencoba hal-hal baru . Selain hubungan dengan kepribadian, IQ juga merupakan salah satu prediktor kinerja karyawan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Schmidt dan Hunter (1998), metode asesmen inteligensi merupakan metode dengan validitas terkuat untuk memprediksi kinerja karyawan. Selain itu, kapasitas inteligensi yang memadai pun akan menunjang karyawan dalam melakukan problem solving ketika menghadapi masalah dalam situasi kerja.
Meskipun banyak digunakan dalam setting HR, interpretasi skor IQ masih menjadi salah satu hal yang seringkali disalahpahami. Seorang praktisi HR perlu mengetahui secara jelas esensi dari inteligensi itu sendiri dan mengetahui konstruk psikologis yang diukur oleh alat tes yang digunakan. Selain itu, penggunaan pengukuran IQ harus tepat sehingga proses asesmen berjalan efektif dan efisien.
Bagaimana dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan ketika menggunakan hasil tes inteligensi dalam asesment? Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut kami paparkan penjelasan mengenai penggunaan praktis tes inteligensi disertai dengan data-data pendukung melalui artikel “Practical Use of Intelligence Measurement in Assessment”.