Cara kita bekerja telah berubah secara drastis di dua tahun terakhir. Dari mulai pekerjaan yang tidak lagi memerlukan karyawan untuk duduk bersamaan, hingga meningkatnya prioritas perusahaan untuk kesejahteraan karyawannya.
Peningkatan kesadaran perusahaan bahwa karyawan adalah tulang punggung dari sebuah bisnis, membuat banyak perusahaan perlu memikirkan kembali bagaimana cara mereka merekrut, mempertahankan, dan mengembangkan karyawan-karyawannya.
Tidak bisa kita pungkiri juga bahwa dalam beberapa tahun ke depan, generasi yang akan menjadi karyawan memiliki sikap dan ekspektasi yang berbeda dari generasi sebelumnya. Oleh karenanya, agar sebuah perusahaan bisa menarik karyawan yang tepat, kita perlu memahami apa yang diinginkan oleh calon karyawan mendatang.
Baca Juga: Identifikasi Target Karir melalui Individual Development Planning
Guna mencari tahu perihal ini, Citrix melaksanakan sebuah studi* yang mengajak 2,000 pekerja dan 500 direktur HR dari banyak perusahaan dengan minimal 500 karyawan di Amerika untuk berpartisipasi.
Studi ini menunjukkan prioritas apa saja keinginan seorang karyawan dan calon karyawan dari sebuah perusahaan. Berikut adalah tiga prioritas tertinggi yang ditemukan:
1. Banyak sekali karyawan yang menginginkan fleksibilitas.
Berdasarkan studi tersebut, ditemukan bahwa 88% karyawan akan mencari pekerjaan dari perusahaan yang menawarkan fleksibilitas tempat dan waktu kerja. Selain itu:
- 76% karyawan mengatakan bahwa mereka cenderung akan lebih memprioritaskan kualitas hidupnya (hubungan keluarga dan kepentingan pribadi) lebih dari jarak yang dekat dengan kantor. Tetapi, mereka juga bersedia untuk mengejar perusahaan yang menawarkan kualitas hidup baik dan dekat dari rumah, bahkan jika gajinya lebih sedikit dari perusahaan mereka sekarang.
- 83% karyawan juga akan memilih untuk pindah ke kota yang lebih nyaman (seperti kota asal atau kota wisata) jika mereka bisa bekerja secara WFH.
Jika sebuah perusahaan ingin melakukan future-proofing untuk calon karyawan generasi selanjutnya, perusahaan harus mampu mengakomodasi dimanapun karyawannya bekerja.
2. Karyawan menginginkan kejelasan dalam pengukuran produktivitas.
Karena perubahan model bekerja juga, sudah hilang stigma bahwa pekerjaan tidak bisa dikerjakan di luar kantor. Oleh karenanya, menurut studi tersebut, karyawan sekarang menginginkan pengukuran produktivitas berdasarkan kualitas pekerjaan mereka, bukan kuantitas. Dan untuk mencapai kualitas yang baik, mereka ingin diberikan space dan kepercayaan bahwa mereka bisa bekerja dengan baik, tanpa perlu di micromanage, dimanapun mereka bekerja.
- 86% karyawan mengatakan mereka lebih memilih bekerja di tempat yang menghargai impact dan kualitas pekerjaan, ketimbang jumlah dan lamanya bekerja. Yang artinya, karyawan generasi sekarang lebih peduli terhadap bagaimana mereka bisa terlibat dan bermanfaat secara langsung terhadap bisnis secara keseluruhan.
- Tetapi sayangnya, ditemukan juga gap antara ekspektasi karyawan dan direktur HR, dimana hanya setengah dari direktur HR yang menyatakan setuju dengan ekspektasi karyawan, dan mengatakan bahwa perusahaan mereka akan lebih produktif jika para supervisor bisa mempercayakan pekerjaan kepada karyawan tanpa perlu memonitor dan mengatur setiap prosesnya.
Perusahaan yang berpikir progresif harus mulai memikirkan cara untuk menutup gap ini dan mendesain sistem kerja yang memberikan setiap karyawan untuk menggunakan seluruh potensinya.
3. Karyawan menginginkan rekan kerja yang beragam.
Keberagaman di beberapa tempat kerja memang sudah lama menjadi hal yang terabaikan. Perlahan-lahan isu ini mulai diperbaiki dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keragaman dalam siklus sosial. Hal ini pun disetujui oleh banyak karyawan yang direktur HR di studi ini, dimana mereka ingin bekerja di tempat yang mendukung keragaman.
- 86% karyawan dan 66% direktur HR mengatakan bahwa karyawan yang beragam membuka perspektif yang baru terhadap peran, kemampuan, dan proses bisnis yang dinamis dan selalu berubah.
Meskipun isu keberagaman ini belum terlalu terangkat di Indonesia, bukan berarti keberagaman bukan menjadi masalah.
Dikutip dari Global Gender Gap Report tahun 2021** yang dilaksanakan oleh World Economic Forum, tingkat Gender Gap di Indonesia cukup tinggi, yang menyebabkan kita berada di ranking 101 dari 156 negara di dunia.
Hal ini muncul karena masih adanya gap antara pria dan wanita di Indonesia dalam hal partisipasi dan peluang ekonomi, pencapaian pendidikan, kesehatan dan kelangsungan hidup, dan pemberdayaan politik.
Oleh karenanya, perusahaan yang ingin survive di masa depan, perlu untuk memperhatikan tingkat kesetaraan dan tidak melakukan diskriminasi terhadap suku, ras, agama, dan antargolongan agar bisa menarik karyawan yang berkualitas.
Sekarang apa yang perlu dilakukan oleh pimpinan perusahaan?
Dari studi yang dilakukan oleh Citrix, ada beberapa poin yang disarankan oleh Harvard Business Review*** yang bisa membantu perusahaan untuk melakukan memanfaatkan hasil studi tersebut, yang adalah sebagai berikut:
- Fokus terhadap Tujuan yang Lebih Besar.
Tanpa adanya ketentuan dimana tempat karyawan bekerja, para pimpinan perusahaan perlu memperluas perspektif dari proses rekrutmen mereka.
Misalkan dari yang tadinya hanya merekrut mereka yang tinggal di Jakarta karena disitulah tempat kantor perusahaan, sekarang proses rekrutmen bisa menjadi lebih luas dengan melihat calon karyawan dari kota lain yang mungkin memiliki kemampuan yang lebih baik, atau mungkin merekrut mereka yang harus meninggalkan pekerjaan karena mengurusi anak, dan banyak calon-calon karyawan lain yang sebelumnya tidak bisa tergapai.
- Prioritaskan Upskilling dan Reskilling.
Model bisnis yang bermunculan dan semakin banyaknya pilihan yang ditawarkan pada beragam segmen konsumer, membuat perlunya banyak kemampuan baru untuk dimiliki oleh setiap orang. Upskilling (mengajarkan kemampuan baru) dan reskilling (melatih kembali kemampuan lama) akan menjadi faktor penting untuk memanfaatkan hasil studi ini, dimana studi ini juga menyebutkan bahwa:
- 82% karyawan dan 62% direktur HR percaya bahwa setiap orang perlu terus melatih kemampuannya agar tetap bisa kompetitif dalam pasar lowongan kerja.
- Banyak direktur HR juga percaya bahwa meyakinkan karyawan bahwa perusahaan mereka memfasilitasi pengembangan menjadi kunci dalam merekrut dan mempertahankan karyawan. Hal ini juga didukung oleh 88% karyawan yang setuju bahwa mereka lebih menginginkan perusahaan yang memberikan fasilitas ini.
Perlu diingat sekali lagi, sebuah perusahaan perlu terus meningkatkan kualitas karyawannya untuk bisa bertahan di pasar ekonomi masa depan karena fasilitas yang mencukupi bukan hanya akan meningkatkan loyalitas karyawan, tapi juga akan menarik perhatian dari calon karyawan yang berkualitas.
Dua tahun ini membuktikan bahwa perubahan akan selalu terjadi. Sebuah perusahaan tidak lagi hanya bisa diam dan menunggu jika ingin tetap terus bertahan di masa depan.
Kita harus membuka pintu terhadap perubahan, dan terus memfasilitasi perbedaan dan perubahan yang ada. Agar karyawan yang lama bisa terus berkembang dan calon karyawan yang berkualitas untuk tertarik bergabung, yang nantinya akan membantu perusahaan untuk berkembang menjadi lebih baik lagi.
Source: