Pengembangan diri karyawan, baik dari segi hard competency maupun soft competency, merupakan suatu hal yang seiring berjalannya waktu semakin diprioritaskan oleh tim HR perusahaan. Terdapat banyak metode untuk mengidentifikasi area-area kompetensi karyawan yang membutuhkan pengembangan, contohnya competency-based assessment, 360-degree feedback, dan evaluasi kinerja seperti KPI.
Lalu, seberapa efektif kah metode-metode evaluasi ini? Sebuah studi yang melibatkan 24 supervisor dalam sebuah perusahaan multinasional menunjukkan bahwa evaluasi kinerja atau feedback terhadap kinerja seringkali dianggap sebagai suatu pengalaman negatif (Bouskilla-Yam & Kluger, 2011). Berbagai studi lainnya telah mengungkapkan bahwa performance appraisal tidak meningkatkan kinerja, tetapi justru merusak relasi dalam organisasi.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana umpan balik itu diberikan kepada karyawan. Beberapa studi penelitian telah membuktikan bahwa berfokus pada kekuatan individu dibandingkan kelemahannya memiliki lebih banyak manfaat. Hal ini dikenal dengan strength-based development.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai strength-based development, apa saja benefitnya, dan bagaimana cara-cara agar proses pengembangan ini berjalan dengan optimal, berikut kami paparkan penjelasan mengenai strength-based development dan Talent Assistance Program dalam artikel “Talent Assistance Program in Employee Empowerment”.
Source:
Bouskilla-Yam, O., Kluger, A. N. (2011). Strength-based performance appraisal and goal setting. Human Resource Management Review, 21, 137-147